KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, sebagai rasa syukur kami
yang mana Telah memberikan kemampuan
kepada kami untuk menyusun materi ILMU BUDAYA DASAR yang membahas materi”Budaya
Sunda”,sebagai Salah satu materi yang akan dibahas dalam diskusi mata
kuliah ini,di dalam tugas yang
telah kami susun ini,telah disesuaikan dengan pokok – pokok permasalahan sesuai
dengan tema di atas yang di susun menjadi Suatu makalah dengan data yang
akurat,sehingga dapat mudah di pahami dan
di Pelajari.
Apabila didalam materi yang telah
kami susun ini masih terdapat kesalahan,kekeliruan dalam penulisan dan masih
ada kekurangan, sekiranya dapat Di
maklumi,dengan adanya masukan saran serta nasehat dengan harapan bisa mejadikan
pelajaran dan menghasilkan karya yang lebih baik dimasa mendatang.
Penulis
( )
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Kebudayaan di tanah air kita ini
sudah tidak diragukan lagi, sangat banyak dan indah. Budaya tersebut lahir dari
kebiasaan masyarakat dan adat di tempat tersebut. Sebagaimana kita ketahui,
bahwa masyrakat indonesia adalah masyarakat yang majemuk, dengan itu kita
memiliki keanekaragaman di dalam aspek kehidupan. Bukti yang nyata kemajemukan
ini bisa terlihat dalam beragamnya kebudayaan yang merupakan hasil cipta, rasa,
karsa yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia.
Seperti halnya pada kebudayaan
sunda, yang sudah termasuk ke dalam kebudayaan yang sangat tua di Indonesia.
Kebudayaan sunda yang ideal sering dikaitkan dengan kebudayaan raja- raja
sunda. Etos dan watak Sunda itu adalah cageur, bageur, singer dan pinter,
yang dapat diartikan “sembuh” (waras), baik, sehat (kuat), dan cerdas.
Kebudayaan Sunda juga merupakan salah satu kebudayaan yang menjadi sumber
kekayaan bagi bangsa Indonesia yang dalam perkembangannya perlu di lestarikan.
Hampir semua masyarakat sunda beragama Islam namun ada beberapa yang bukan
beragama islam, walaupun berebeda namun pada dasarnya seluruh kehidupan di
tujukan untuk alam semesta.
Kebudayaan Sunda memiliki ciri khas
tertentu yang membedakannya dari kebudayaan–kebudayaan lain. Secara umum
masyarakat Jawa Barat atau Tatar Sunda, dikenal sebagai masyarakat yang lembut,
religius, dan sangat spiritual. Kecenderungan ini tampak sebagaimana dalam
pameo silih asih, silih asah dan silih asuh; saling mengasihi
(mengutamakan sifat welas asih), saling menyempurnakan atau memperbaiki diri
(melalui pendidikan dan berbagi ilmu), dan saling melindungi (saling menjaga
keselamatan). Selain itu Sunda juga memiliki sejumlah nilai-nilai lain seperti
kesopanan, rendah hati terhadap sesama, hormat kepada yang lebih tua, dan
menyayangi kepada yang lebih kecil. Pada kebudayaan Sunda keseimbangan magis di
pertahankan dengan cara melakukan upacara-upacara adat sedangkan keseimbangan
sosial masyarakat Sunda melakukan gotong-royong untuk mempertahankannya.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Untuk memudahkan dalam pembahasan
masalah maka penulis membatasi pada
- Apa pengertian budaya Sunda itu ?
- Apa saja yang ada dalam kebudayaan Sunda itu ?
- Bagaimana stratifikasi masyarakat Sunda ?
1.3
TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut
- Memperkenalkan kebudayaan sunda
- Menjelaskan apa saja yang ada dalam kebudayaan sunda
itu
- Menjelaskan Stratifikasi di masyarakat Sunda
- Memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar
(Softskill)
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Budaya Sunda
Budaya Sunda adalah budaya yang tumbuh dan hidup dalam masyarakat
Sunda. Budaya Sunda dikenal dengan budaya
yang sangat menjunjung tinggi sopan santun. Pada umumnya karakter masyarakat
Sunda adalah periang, ramah-tamah (someah), murah senyum, lemah-lembut,
dan sangat menghormati orangtua.
Itulah cermin budaya masyarakat Sunda. Di dalam bahasa
Sunda diajarkan bagaimana menggunakan
bahasa halus untuk berbicara dengan orang yang lebih tua.
2.2 Kebudayaan Sunda
Kebudayaan Sunda merupakan salah
satu kebudayaan yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia yang dalam
perkembangannya perlu dilestarikan.
Berikut ini kebudayaan-kebudayaannya
1. Sistem Kepercayaan
Hampir semua masyarakat sunda beragama
Islam namun ada beberapa yang bukan beragama islam. Namu pada proses
perkembangan agama Islam, tidak seluruh wilayah tatar Sunda menerima
sepenuhnya, contoh nya di baduy.
Dasar religi masyarakat Baduy dalam
ajaran Sunda Wiwitan adalah kepercayaan yang bersifat monoteis, penghormatan
kepada roh nenek moyang, dan kepercayaan kepada satu kekuasaan yakni Sanghyang
Keresa (Yang Maha Kuasa) yang disebut juga Batara Tunggal (Yang Maha Esa),
Batara Jagat (Penguasa Alam), dan Batara Seda Niskala (Yang Maha Gaib) yang
bersemayam di Buana Nyungcung (Buana Atas). Orientasi, konsep, dan pengamalan
keagamaan ditujukan kepada pikukuh untuk menyejahterakan kehidupan di jagat
mahpar (dunia ramai). Pada dimensi sebagai manusia sakti, Batara Tunggal
memiliki keturunan tujuh orang batara yang dikirimkan ke dunia melalui
Kabuyutan; titik awal bumi Sasaka Pusaka Buana. Konsep buana bagi orang Baduy
berkaitan dengan titik awal perjalanan dan tempat akhir kehidupan. (Garna,
1992:5).
2. Sistem kekerabatan
Sistem kekerabatan orang Sunda
bersifat parental atau bilateral yaitu hak dan kedudukan anggota
keluarga dari pihak ayah maupun dari pihak ibu sama. Dilihat dari ego, orang
Sunda mengenal istilah :
- Tujuh generasi ke atas : bapa–indung (ayah–ibu),
aki–nini (kakek–nenek), buyut (cicit), bao,
janggawareng, udeg-udeg dan gantung siwur..
- Tujuh generasi ke bawah: anak, incu/putu
(cucu), buyut (cicit), bao, janggawaeng, udeg-udeg dan gantung
siwur.
3. Sistem Kesenian
Kesenian Suku Sunda banyak ragamnya.
Nyanyian Sunda dibagi dalam jenis tembang dan kawih, tembang dibentuk melalui
ikatan puisi berbentuk pupuh dan guguratan. Kawih adalah nyanyian yang
bentuknya bebas, kecapi, reog, suling, angklung dan degung adalah alat musik
tradisional yang masih banyak dipergunakan. Tarian berupa pencak silat, ketuk
tilu, longser, tayuban, tari merak, serimpi, tari kejang, tari topeng dan
jaipongan yang sangat populer baik dikalangan masyarakat sunda sendiri maupun
nasional.
Wayang golek yang dibuat seperti boneka, dimainkan oleh dalang dan banyak digemari oleh masyarakat. Sekarang ini, wayang dimodifikasi menjadi wayang modern, seperti bisa mengeluarkan darah, muntah dan sebagainya.
Seni sastra yang tertua adalah pantun carita. Isi ceritanya antara lain dongeng kepahlawanan, seperti Lutung Kasarung, Ciubg Wanara, Munding Laya, Nyi Pohaci Sang Hyang Sri, Babad Siliwangi dansebagainya.
Seni sastra lainnya yaitu cerita rakyat Sunda yaitu Si Kabayan, suatu contoh sastra yang dilukiskan sebagai seorang yang malas dan bodoh akan tetapi sering tampak kecerdikannya.
Wayang golek yang dibuat seperti boneka, dimainkan oleh dalang dan banyak digemari oleh masyarakat. Sekarang ini, wayang dimodifikasi menjadi wayang modern, seperti bisa mengeluarkan darah, muntah dan sebagainya.
Seni sastra yang tertua adalah pantun carita. Isi ceritanya antara lain dongeng kepahlawanan, seperti Lutung Kasarung, Ciubg Wanara, Munding Laya, Nyi Pohaci Sang Hyang Sri, Babad Siliwangi dansebagainya.
Seni sastra lainnya yaitu cerita rakyat Sunda yaitu Si Kabayan, suatu contoh sastra yang dilukiskan sebagai seorang yang malas dan bodoh akan tetapi sering tampak kecerdikannya.
Dalam bidang seni banunan, rumah
adat joglo seperti keratin kasepuhan Cirebon yang memiliki 4 ruangan yaitu :
Jinem atau pendopo adalah tempat untuk para punggawa atau penjaga keselamaan
sultan, pringgondani adalah tempat sultan member perintah kepada adipati,
prabaya adalah tempat sultan menerima tamu istimewa, panembahan adalah ruang
kerja dan istirahat sultan.
4. Sistem Politik
Isitilah kepala desa di beberapa
tempat di sunda ini sangat berbeda-beda, namun paling dikenal disebut dengan
kuwu. Kuwu dipilih oleh rakyat. Dalam pemilihannya kuwu dipilih oleh rakyat itu
sendiri. Tugas kuwu tersebut adalah mengurus warga desa. Dalam mengerjakan
tugas nya itu, kuwu di bantu oleh :
- Seorang juru tulis, bertugas mengurus pajak dan
memelihara arsip,
- Tiga orang kokolot, bertugas menjalankan
perintah/menyampaikan pengaduan rakyat kepada pamong desa,
- Seorang kulisi, bertugas menjaga keamanan desa,
- Seorang ulu-ulu, bertugas mengatur pembagian air
irigasi,
- Soerang amil, bertugas mengurausi kematian, kelahiran, rujuk,
dan nikah,
- Tiga pembina desa yang terdiri atas satu orang
kepolisian dan dua orang angakatan darat.
5. Matapencaharian
Mata pencaharian pokok masyarakat
Sunda adalah
1. Bidang perkebunan, seperti
tumbuhan teh, kelapa sawit, karet, dan kina.
2. Bidang pertanian, seperti padi, palawija, dan sayur-sayuran.
3. Bidang perikanan, seperti tambak udang, dan perikanan ikan payau.
Selain bertani, berkebun dan mengelola perikanan, ada juga yang bermata pencaharian sebagai pedagang, pengrajin, dan peternak. Tergantung dengan keadaan ekonominya.
2. Bidang pertanian, seperti padi, palawija, dan sayur-sayuran.
3. Bidang perikanan, seperti tambak udang, dan perikanan ikan payau.
Selain bertani, berkebun dan mengelola perikanan, ada juga yang bermata pencaharian sebagai pedagang, pengrajin, dan peternak. Tergantung dengan keadaan ekonominya.
2.3 Stratifikasi Suku Sunda
Masyarakat Jawa Barat, yaitu
masyarakat Sunda, mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat. Nilai individu
sangat tergantung pada penilaian masyarakat. Dengan demikian, dalam pengambilan
keputusan, seperti terhadap perkawinan, pekerjaan, dll., seseorang tidak dapat
lepas dari keputusan yang ditentukan oleh kaum keluarganya. Dalam masyarakat
yang lebih luas, misalnya dalam suatu desa, kehidupan masyarakatnya sangat
banyak dikontrol oleh pamong desa. Pak Lurah dalam suatu desa merupakan “top
leader” yang mengelola pemerintahan setempat, berikut perkara-perkara adat dan
keagamaan. Selain pamong desa ini, masih ada golongan lain yang dapat dikatakan
sebagai kelompok elite, yaitu tokoh-tokoh agama. Mereka ini turut selalu di
dalam proses pengambilan keputusan-keputusan bagi kepentingan kehidupan dan
perkembangan desa yang bersangkutan. Paul Hiebert dan Eugene Nida,
menggambarkan struktur masyarakat yang demikian sebagai masyarakat suku atau
agraris.
Perbedaan status di antara kelompok
elite dengan masyarakat umum dapat terjadi berdasarkan status kedudukan,
pendidikan, ekonomi, prestige sosial dan kuasa. Robert Wessing, yang telah
meneliti masyarakat Jawa Barat mengatakan bahwa ada kelompok
“in group” dan “out group”
dalam struktur masyarakat. Kaum memandang sesamanya sebagai “in group”
sedang di luar status mereka dipandang sebagai “out group.
W.M.F. Hofsteede, dalam disertasinya
Decision-making Process in Four West Java Villages (1971) juga
menyimpulkan bahwa ada stratifikasi masyarakat ke dalam kelompok elite dan
massa. Elite setempat terdiri dari lurah, pegawai-pegawai daerah dan pusat,
guru, tokoh-tokoh politik, agama dan petani-petani kaya. Selanjutnya, petani
menengah, buruh tani, serta pedagang kecil termasuk pada kelompok massa. Informal
leaders, yaitu mereka yang tidak mempunyai jabatan resmi di desanya sangat
berpengaruh di desa tersebut, dan diakui sebagai pemimpin kelompok khusus atau
seluruh desa.
Hubungan seseorang dengan orang lain
dalam lingkungan kerabat atau keluarga dalam masyarakat Sunda menempati
kedudukan yang sangat penting. Hal itu bukan hanya tercermin dari adanya
istilah atau sebutan bagi setiap tingkat hubungan itu yang langsung dan
vertikal (bao, buyut, aki, bapa, anak, incu) maupun yang
tidak langsung dan horisontal (dulur, dulur misan, besan), melainkan
juga berdampak kepada masalah ketertiban dan kerukunan sosial. Bapa/indung,
aki/nini, buyut, bao menempati kedudukan lebih tinggi dalam struktur
hubungan kekerabatan (pancakaki) daripada anak, incu, alo, suan.
Begitu pula lanceuk (kakak) lebih tinggi dari adi (adik), ua
lebih tinggi dari paman/bibi. Soalnya, hubungan kekerabatan seseorang dengan
orang lain akan menentukan kedudukan seseorang dalam struktur kekerabatan
keluarga besarnya, menentukan bentuk hormat menghormati, harga menghargai,
kerjasama, dan saling menolong di antara sesamanya, serta menentukan
kemungkinan terjadi-tidaknya pernikahan di antara anggota-anggotanya guna
membentuk keluarga inti baru.
Pancakaki dapat pula digunakan sebagai media pendekatan oleh
seseorang untuk mengatasi kesulitan yang sedang dihadapinya. Dalam hubungan ini
yang lebih tinggi derajat pancakaki-nya hendaknya dihormati oleh yang
lebih rendah, melebihi dari yang sama dan lebih rendah derajat pancakaki-nya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebudayaan Indonesia sangat beragam,
apalagi jika kita pelajari semua nya kita bisa menemukan perbedaan yang sangat
mencolok dari setiap kebudayaan tersebut, baik dalam aspek sosial,
kebudayaan dan lain-lain.
Kebudayaan sunda merupakan salah
satu kebudayaan dari berbagai kebudayaan yang ada di indonesia, dengan kita
mempelajarinya kita bisa tau bahwa kebudayaan itu telas ada jauh sebelum kita
dilahirkan.
DAFTAR
PUSTAKA
No comments:
Post a Comment